Selasa, 22 November 2011

ruang terbuka kota

suatu kota tentu membutuhkan suatu ruang terbuka yang hijau sebagai paru-paru kota, lahan terbuka ini bisa digunakan sebagai sarana umum seperti taman bermain, dan sebagai lahan penghijauan.

Penyusunan rencana pemanfaatan RTHKP merupakan bagian dari rencana pemanfaatan tata ruang, dan RTHKP dituangkan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan dengan skala peta sekurang-kurangnya 1 : 5.000. Undang-undang mengamanatkan bahwa alokasi ruang untuk RTHKP luas ideal minimal 30%[1] dari luas kawasan, namun pada regulasi yang lain disebutkan luas minimal sebesar 20%[2] dari luas kawasan.

Dalam perencanaan RTHKP, ruang terbuka hijau yang diatur dalam perencanaan mencakup RTH publik dan privat. Komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan RTHKP adalah i) jenis, ii) lokasi, iii) luas, iv) kebutuhan biaya, v) waktu pelaksanaan dan vi) desain teknis. Selanjutnya perencanaan RTHKP lebih lanjut ditetapkan melalui peraturan daerah.
Dalam rangka pengembangan RTH, ada beberapa hal yang dapat dilakukan dan dipertimbangkan, yakni :
1) Pencetakan baru
Secara umum dalam sebuah kota, RTH biasanya dikuasai oleh pemerintah dengan cara perolehan antara lain melalui alih fungsi lahan menjadi / diperuntukkan menjadi RTH, mangalihfungsikan RTH yang telah mengalami alihfungsi, tukar belai atau membeli. Mendorong swasta / privat untuk memanfaatkan lahannya (lahan yang belum difungsikan) sebagai RTH, tetapi untuk kepentingan swasta / privat namun dapat menambah kapasitas sistem alami perkotaan. Selain itu, mendorong kawasan permukiman baru untuk menyediakan / diharuskan menyediakan lahan untuk RTH secara proporsional dan pembangunannya diawasi secara ketat.
2) Intensifikasi hijau
Ruang-ruang terbuka kota yang tidak hijau sebaiknya dihijaukan, seperti tepi jalan, median jalan, bantaran sungai, area bahaya dibawah jaringan listrik tegangan tinggi.
3) Pengaturan kapling milik swasta / privat
Kapling milik swasta / privat terbagi menjadi area yang murni pribadi (misalnya patio dan halaman belakang) serta semi publik (misalnya halaman depan). Area yang murni pribadi dapat dapat dikendalikan melalui peraturan Koefisian Dasar Hijau – KDH, sedangkan halam depan menggunakan peraturan garis sempadan bangunan – GSB. Pengaturan ini masuk dalam penggalangan peranserta masyarakat kota.
Selanjutnya dalam tahap rencana pembangunan dan pengembangan RTHKP ini, ada 4 (empat) hal utama yang harus diperhatikan[3], yaitu :
Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan ditentukan secara komposit oleh 3 (tiga) komponen berikut ini, yaitu a) kapasitas atau daya dukung alami wilayah, b) kebutuhan per kapita (kenyamanan, kesehatan dan bentuk pelayanan lainnya), c) arah dan tujuan pembangunan kota. RTH berluas minimum merupakan RTH yang berfungsi ekologis yang berlokasi, berukuran dan berbentuk pasti yang melingkupi RTH publik dan privat. RTH publik harus berukuran sama atau lebih luas dari RTH luas minimal, dan RTH privat merupakan RTH pendukung dan penambah nilai rasio, terutama dalam meningkatkan nilai dan kualitas lingkungan dan kultural kota.
Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH.
Struktur dan pola RTH yang akan dikenbangkan (bentuk, konfigurasi dan distribusi).
Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota.

ruang terbuka kota



suatu kota tentu membutuhkan suatu ruang terbuka yang hijau sebagai paru-paru kota, lahan terbuka ini bisa digunakan sebagai sarana umum seperti taman bermain, dan sebagai lahan penghijauan.
Penyusunan rencana pemanfaatan RTHKP merupakan bagian dari rencana pemanfaatan tata ruang, dan RTHKP dituangkan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan dengan skala peta sekurang-kurangnya 1 : 5.000. Undang-undang mengamanatkan bahwa alokasi ruang untuk RTHKP luas ideal minimal 30%[1] dari luas kawasan, namun pada regulasi yang lain disebutkan luas minimal sebesar 20%[2] dari luas kawasan.

Dalam perencanaan RTHKP, ruang terbuka hijau yang diatur dalam perencanaan mencakup RTH publik dan privat. Komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan RTHKP adalah i) jenis, ii) lokasi, iii) luas, iv) kebutuhan biaya, v) waktu pelaksanaan dan vi) desain teknis. Selanjutnya perencanaan RTHKP lebih lanjut ditetapkan melalui peraturan daerah.
Dalam rangka pengembangan RTH, ada beberapa hal yang dapat dilakukan dan dipertimbangkan, yakni :
1) Pencetakan baru
Secara umum dalam sebuah kota, RTH biasanya dikuasai oleh pemerintah dengan cara perolehan antara lain melalui alih fungsi lahan menjadi / diperuntukkan menjadi RTH, mangalihfungsikan RTH yang telah mengalami alihfungsi, tukar belai atau membeli. Mendorong swasta / privat untuk memanfaatkan lahannya (lahan yang belum difungsikan) sebagai RTH, tetapi untuk kepentingan swasta / privat namun dapat menambah kapasitas sistem alami perkotaan. Selain itu, mendorong kawasan permukiman baru untuk menyediakan / diharuskan menyediakan lahan untuk RTH secara proporsional dan pembangunannya diawasi secara ketat.
2) Intensifikasi hijau
Ruang-ruang terbuka kota yang tidak hijau sebaiknya dihijaukan, seperti tepi jalan, median jalan, bantaran sungai, area bahaya dibawah jaringan listrik tegangan tinggi.
3) Pengaturan kapling milik swasta / privat
Kapling milik swasta / privat terbagi menjadi area yang murni pribadi (misalnya patio dan halaman belakang) serta semi publik (misalnya halaman depan). Area yang murni pribadi dapat dapat dikendalikan melalui peraturan Koefisian Dasar Hijau – KDH, sedangkan halam depan menggunakan peraturan garis sempadan bangunan – GSB. Pengaturan ini masuk dalam penggalangan peranserta masyarakat kota.
Selanjutnya dalam tahap rencana pembangunan dan pengembangan RTHKP ini, ada 4 (empat) hal utama yang harus diperhatikan[3], yaitu :
Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan ditentukan secara komposit oleh 3 (tiga) komponen berikut ini, yaitu a) kapasitas atau daya dukung alami wilayah, b) kebutuhan per kapita (kenyamanan, kesehatan dan bentuk pelayanan lainnya), c) arah dan tujuan pembangunan kota. RTH berluas minimum merupakan RTH yang berfungsi ekologis yang berlokasi, berukuran dan berbentuk pasti yang melingkupi RTH publik dan privat. RTH publik harus berukuran sama atau lebih luas dari RTH luas minimal, dan RTH privat merupakan RTH pendukung dan penambah nilai rasio, terutama dalam meningkatkan nilai dan kualitas lingkungan dan kultural kota.
Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH.
Struktur dan pola RTH yang akan dikenbangkan (bentuk, konfigurasi dan distribusi).
Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota.

Minggu, 09 Oktober 2011

Arsitektur Ramah Lingkungan

Konsep green building atau bangunan ramah lingkungan didorong menjadi tren dunia bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini punya kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro.

fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk industri terus berkembang dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan. Konsep pembangunan arsitektur hijau menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan, mulai dari desain, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan itu ke depan.

Desain rancang bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari.

Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).

Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas yang memengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaan sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran sehingga bangunan tetap berkualitas.


Minggu, 24 April 2011

konstruksi kayu

onstruksi Kayu Dalam Gambar Kerja


Gambar kerja arsitektural potongan dengan konstruksi kayu.

Terlihat pada gambar diatas, adalah gambar potongan atap pada gambar kerja. Bagian-bagian atap seperti kuda-kuda, gording, usuk, dan sebagainya bisa dilihat pada gambar tersebut.
Gambar kerja rencana atap
Gambar diatas menunjukkan gambar kerja presisi untuk rencana atap model pelana. Bagian-bagian atap dilihat dari atas dapat dilihat pada gambar tersebut.
Jenis kayu yang biasa digunakan untuk konstruksi atap antara lain:
- kayu rengas burung
- kayu duren
- kayu salimuli
- kayu sindur atau tampar atau hantu
- kayu perupuk talang atau perupuk rawang
- kayu meranti, atau nama setempatnya : damar, seraya, ketuko, kalup, lampong, lanan
- kayu merawan (Sumatra) atau nama setempatnya : bangkirai bulan, nyerekat, damar putih (Kalimantan)
- kayu mersawa atau nama setempatnya : tenam (Palembang), mersawa, keruing, sesawa (Riau)
- kayu sintok / kapur (Kalimantan Tenggara)
- kayu berangan / tunggeureuk / saninten / kihiur (Sunda)
- kayu bitangur, kapurnaga / bunut (Sumatra) / nyamplung (Jawa) / nangui / penaga (Kalimantan) / kapuracha
- kayu kisereh / medang lesah (Sum) / medang rawali (Kal tenggara) / gadis kipedes (Sunda)
- kayu bungur
- kayu mahoni daun kecil
- kayu mindi (Sunda) / gringging
- kayu sonokeling/ palisander (Jawa)
- kayu gempol (Jawa) / klepu pasir
- kayu bayur (Mal.) / bayot (Sarawak)/ bayoh(Phil.)
- kayu Gofasa / leban (Mal.)/ molave (Phil.)
- kayu sungkai (Sum.,Kal.) / Jurus (Kal. Tengg) / Jati sabrang (Jawa)

arsitektur bambu

Arsitektur Bambu
Salah satu material yang paling istimewa di dunia adalah bambu. Memiliki ketahanan tarik lebih kuat dari baja dan ketahanan tekan lebih kuat dari beton, mampu tumbuh lebih dari 1 meter dalam sehari dan menghasilkan 35% oksigen lebih banyak dari pohon biasa (Newsweek, 28 April 2008, hal 42).
Membuat desain bangunan dan konstruksi dengan material dari bambu. Material ini begitu unik dan menghasilkan keindahan yang berbeda.

Desain Bambu Bamboo Design Bambus Bamboos Interior Flooring Furniture Meubel Construction Rumah Products 3d


arsitektur lansekap

Arsitektur Lansekap adalah ilmu yang mempelajari tentang seni, perencanaan, perancangan, manajemen, perawatan, dan perbaikan tanah dan perancangan konstruksi buatan-manusia skala besar. Ruang lingkup dari profesi ini termasuk desain arsitektural, perencanaan lokasi, pengembangan estate, restorasi lingkungan, perencanaan kota, perencanaan taman dan rekreasi, perencanaan regional, perencanaan ruang, dan perawatan sejarah.
Arsitek lansekap dianggap merupakan sebuah profesi yang setara dengan dokter dan pengacara, karena mereka membutuhkan pengajaran khusus dan lisensi profesional, seperti yang dibutuhkan oleh pekerja profesional lainnya.

hubungan fengshui dengan arsitektur

Sebagai orang timur, tak jarang kita menemui (atau bahkan kita sendiri) menyukai saran-saran yang diberikan oleh ahli Feng Shui tentang rumah kita. Saran yang diberikan dipercaya bisa menghindarkan kita dari berbagai kesusahan, musibah, dan bisa membuat kita percaya diri dalam mengarungi hidup karena sudah sesuai dengan Feng Shui. Bila Anda menyukai dan menggunakan prinsip-prinsip Feng Shui, ada baiknya Anda membaca buku ini sebagai referensi Anda, buku berjudul “Feng Shui; Rumah Tinggal Hoki” yang ditulis oleh Koh Wang Hen Hau.
Kutipan: Pnnsip dan Bagian-bagian Terpenting Feng Shui Rumah Tinggal
Berikut mi diuraikan prinsip dasar dan bagian-bagian terpenting dan Feng Shui terhadap rurnah atau bangunan, sesual dong in garis besarnya, sehingga Anda bisa rnernperoleh gambaran yang Iebih jelas dan Iengkap.
1. Rumah yang dibangun di puncak gunung atau di mulut lembah, pengaruhnya buruk.
2. Rumah yang dibangun di sudut atau di persimpangan jalan, memiliki pengaruh yang sangat buruk.
3. Di bagian barat bangunan ada jalan raya, pengaruhnya sangat balk.
4. Di depan atau muka pintu tumbuh pohon besar, pengaruhnya buruk.
5. Di bagian barat bangunan atau rurnah turnbuh pohon, pengaruhnya sangat balk.
6. Putra putri pemilik rumah tinggal di bangunan lain, tapi masili termasuk ke dalani bidang tanah yang sama, pengaruhnya buruk.
7. Memperbaiki rumah yang dihuni wanita hamil, pengaruhnya bunik.
8. Tanah di bagian belakang lebih tinggi dari depan rumah, pengaruhnya baik.
9. Bila ada tanah bergelombang di timur laut dan barat daya dan bangunan atau rumah, pengaruhnya buruk.
10. Bila ada tanah lapang di selatan rumah atau bangunan pengaruhnya baik.
11. Bangunan atau rumah yang berbentuk segitiga, pengaruhnya buruk.
12. Membangun kamar yang besar di rumah yang sempit, pengaruhnya buruk.
13. Membangun gedung yang tinggi/bertingkat di tanah yang lembab atau bekas rawa, pengaruhnya buruk.
14. Menanam pohon yang cepat tinggi di halaman rumah, pengaruhnya buruk.
15. Menanam pohon dan meinbangun kolarn di ruang tengah, pengaruhnya buruk.
16. Halaman rumah penuh dengan batu koraL pengaruhnya buruk.
17. Saluran air got dan kontrolnya berada dalam bangunan, pengaruhnya huruk.
18. Tembok halaman yang terlampau tinggi, pengaruhnya buruk.
19. Tembok luar yang hampir menempel dengan rurnah, pengaruhnya buruk.
20. Sedikit orang menghuni rumah yang luas, pengaruhnya buruk.
21. Rumah kecil sederhana, dihuni banyak orang, pengaruhnya baik.

arsitektur dekonstruksi

ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI


Anda kenal dengan teori Dekonstruksi? Bagi anak-anak filsafat, istilah ini tentu tidak asing lagi. Bagi yang belum tahu, Jacques Derrida itulah pendiri teori Dekonstruksi. Ia adalah filsuf kontomporer yang lahir pada 15 Juli 1930 dan meninggal pada 8 Oktober 2004. Untuk mengenang masa hidupnya.



PENAFSIRAN DEKONSTRUKSI
Setelah 20 tahun sejak karya Jacques Derrida diterbitkan. Karyanya mulai tampil dalam uraian arsitektural. Sepertinya ini merupakan uraian terakhir untuk melibatkan namanya. Bacaannya nampak jauh dari teks aslinya, tambahan akhir tentang apa yang disebut puncak penafsiran.
Arsitektur dipahami sebagai perwakilan dekonstruksi, perwakilan nyata dari ide yang abstrak. Penerimaan karya Derrida sepertinya mengikuti jalur klasik dari ide menjadi bentuk yang nyata, dari teori awal ke praktek akhir, dari adanya pemikiran menuju perwujudannya. Arsitektur, yang merupakan uraian yang paling nyata, nampaknya paling banyak dialihkan dari karya aslinya, keraguan dalam aplikasi, aplikasi yang terakhir, ornamen penggambaran yang tidak dapat mempengaruhi tradisi substansial yang ditambahkan, lapisan yang menutupi lebih banyak daripada yang diungkapkan.
Arsitektur tidak pernah bisa menjadi tambahan karena ide tambahan itu bersifat arsitektural. Dekonstruksi tidak lebih daripada subversi dari logika tambahan yang sangat berperan dalam jenis pemikiran tertentu mengenai pemikiran. Orang tidak bisa mengarahkan penafsiran di luar dekonstruksi atau arsitektur. Masalahnya menjadi semakin rumit.
Tidak ada titik awal yang higienis, tidak ada logika terbaik untuk diterapkan, tidak ada prinsip yang bisa ditemukan untuk mengatur uraian arsitektural atau uraian dekonstruktif. Namun demikian terjadi pertukaran tertentu diantara keduanya.

DEKONSTRUKSI DAN SENI BANGUNAN
Beberapa pernyataan kunci oleh Derrida :
-
Dekonstruksi bukan semata-mata metoda kritis.
- Sikap dekonstruksi sen
antiasa afirmatif, dan tidak negatif.
- Menembus dan menerobos berbagai wilayah disiplin keilmuan dan nec
essites dari dekonstruksi.
- Dekonstruksi adalah suatu cara untuk mempertanyakan “arch
itecture” dalam philosofi dan barangkali “arch
itecture” sendiri.
- “Deconstruktive Architecture” … adalah bukan untuk membangun sesuatu yang “nyeleneh”, sia-sia, tanpa bisa dihuni, teta
pi untuk membebaskan seni bangunan dari segala keterselesaian yang membelenggu.
-
Dekonstruksi tidak sesederhana untuk melupakan masa lalu. Tapi membuat “inscripsi” kembali yang melibatkan rasa hormat pada tradisi dala
m bentuk “memorial”.
- Dekonstruksi tidak semata-mata theoretikal, tetapi juga membina dan membangun struktur-struktur baru, namun tidak
pernah menganggap selesai.
- Dekonstruksi senantiasa memberikan perhatia
n dan pada kelipatgandaan, keanekaragaman dan mempertajam keunikan-keunikan yang tak dapat direduksi dari masing-masin
g.
- Dekonstruksi menolak secara seimbang terhadap yang menghubungkannya dengan sesuat
u yang spesifik modern atau Post-modern.
Dekonstruksi adalah post-strukturalisme, reaksi pertama terhadap teori structural, keseluruhan dan penjelasa
n antara dua hal. Dekonstruksi berkaitan dengan proses dislokasi, dekomposisi dan de
coding. terdiri dari unsur de dan dis Dekomposisi, detaches dan decentre dari struktur, maksudnya menguraikan struktur menjadi bagian-ba
gian. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pengrusakan, pembongkaran unsur bangunan namun tetap dapat
berdiri dan menciptakan keharmonisan sosial.

Contoh Arsitektur Dekonstruksi
1 . The Samitaur building
Architec : ERIC OWEN

Bangunan dibuat melayang seolah ringan hanya ditopang oleh kolom-kolom yang kurus padahal kesan yang terlihat berupa kotak masif dengan pembuka
an yang kecil-kecil.
Bentukannya memberi kesan kokoh namun juga luwes, terdiri dari bentukan box panjang yang masif dengan atap datar yang kemudian tiba-tiba berbentuk cekung kemudian lancip pada bagian akhir dengan jendela yang asimetris ( ada yang kotak, ada yang berbentuk seperempat lingkaran)
Penggunaan yang saling bertabrakan dan tidak lazim antara kaca dengan beton masif (kaca sebagai railing pada bentukan tangga yang masif)memadukan dua unsur yang bertolak belakang,kaca yang ringan dengan dinding batu yang berkesan berat)

2 . THE TOWER OF BIEL AND OPEN ARCHITECTURE:
The Power and The Freedom
Arsitek : Coop Himmelbau
Lokasi : Forum Arteplage
Biel,Switzerland
STYLE : ARSITEKTUR DECONSTRUKSI
FUNGSI BANGUAN : Swiss National Exhibition
KONSTRUKSI : BAJA DAN KACA
Coop, mendesain sebuah bentukan seperti ini nampak jelas bahwa bangunan ini mampu menjadi landmark yang memancarkan power dan kebebasan penuh dan kreasi yang nampak ‘lepas’ tanpa adanya batasan.
bangunan ini sangat berani dalam permainan olahan bentuk, baik permainan bidang, garis dan massa. Permainan sense indera yang tidak hanya terpaku pada segi visual, tetapi juga berperan dalam peletakan massa dan penggabungan massa menjadi nilai tambah yang pantas diperhitungkan dan tidak tampak seperti hanya sebuah kotak persegi namun lebih terlihat hidup dan berirama.

Sabtu, 23 April 2011

definisi arsitektur

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota,perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Ruang lingkup dan keinginan
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang memengaruhi arsitektur.
Teori dan praktik
Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan". Ini semua tidak lepas dari konsep pemikiran dasar bahwa kekuatan utama pada setiap Arsitek secara ideal terletak dalam kekuatan idea.
Sejarah
Untuk lebih jelas lihat artikel utama: Sejarah arsitektur
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktik-praktik, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual -Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunanmenuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gayadekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.
Kesimpulan
bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.

sumbar: wikipedia